sTradisi Tahunan di Sendang Made Mayoritas ABG, Dipercayai sebagai Tradisi Penambah Cantik Wajah Sinden Wisuda sinden setiap tahun digelar di Sendang Made, Kecamatan Kudu, Jombang. Tradisi kungkum sinden selain diyakini sebagai arena menambah daya tarik sinden, juga digelar untuk keselamatan warga DONNY ASMORO, Jombang ----------- WARNA semarak terasa menghipnotis Desa Made, Kecamatan Kudu, kemarin. Acara tahunan ''kungkum sinden'' kembali digelar di sendang setempat. Prosesi wisuda bagi para sinden ini masih memiliki pesona tersendiri bagi masyarakat. Hal ini nampak dari banyaknya warga yang hadir di lokasi sendang. Pada kesempatan itu, ada 43 sinden dan 8 dalang yang menanti diwisuda. Dari jumlah tersebut, mayoritas para 'calon' sinden masih berusia belasan tahun.
Bahkan beberapa masih duduk di bangku SD dan SMP. Hampir seluruhnya nampak antusias menyambut prosesi ini. Prosesi yang akan mengubah status mereka dari sinden yang belum diakui, menjadi seorang sinden sejati. Menjelang prosesi, sinden-sinden yang berdandan cantik ini berbaris menjadi dua saf. Mereka berjalan beriringan menuju ke areal sendang. Sendang Made sendiri sebenarnya terdiri dari tiga sendang. Salah satunya adalah sendang Derajat. Di sendang berukuran 6x5 meter inilah, para sinden diwisuda. Di sebuah pohon besar tepat di atas sendang Derajat, terdapat papan tulisan. Sendang Made, dibangun oleh RM Tjokro Dipoetro, tahun 1924, asisten wedono Koedoe. Supono, juru pelihara sendang Made mengatakan, prosesi ''kungkum sinden'' sebenarnya sudah ada sejak lama. Sendang ini dipercaya memiliki khasiat tersendiri. Salah satunya, membuat wajah seorang seniman, khususnya sinden, menjadi lebih cantik dan bersinar. Sejak dulu, para sinden banyak yang kungkum di sendang ini. Umumnya pada tengah malam, dan pada hari tertentu saja. ''Mereka (para sinden, Red) merendam seluruh badan di Sendang Derajat," ungkap Supono. Namun untuk prosesi ''kungkum sendang'' saat ini, para calon sinden tak harus berendam seluruh badan. Mereka hanya menjalani prosesi simbolis, dengan disiram air sendang di bagian kepalanya. Prosesi ini dilakukan oleh Supono, juru pelihara sendang, dan Sukesi S.Sn M.Sn, selaku dosen tamu dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Usai disiram air sendang, mereka disematkan selendang warna hijau, sebagai tanda telah 'resmi' menjadi sinden sejati. Prosesi ini dilakukan oleh Istri Bupati Jombang, Ny Wiwik Suyanto. Pada kesempatan yang sama, warga Desa Made juga menggelar ritual bersih desa. Setiap warga yang hadir, diwajibkan membawa tumpeng. Selain tumpeng sederhana dari para warga, dihadirkan pula dua tandu raksasa berbentuk pesawat terbang dan kupu-kupu. Di dalamnya juga terdapat puluhan tumpeng. Tumpeng-tumpeng ini lalu dijejer di atas karpet plastik yang telah disediakan. Seusai prosesi kungkum sinden, seluruh warga duduk di atas karpet tersebut untuk bersama-sama menyantap tumpeng yang ada. Kasi Pariwisata Parbupora Jombang, Ali Arifin mengungkapkan, gelaran ''kungkum sinden'' ini setidaknya sudah digelar sejak enam tahun terakhir. Biasanya dalam momen yang sama, warga setempat juga menggelar bersih desa. Bersih desa atau sedekah bumi ini dimaksudkan untuk menghindarkan desa dari segala mara bahaya dan musibah. ''Termasuk untuk keselamatan seluruh warga desa,"
Bahkan beberapa masih duduk di bangku SD dan SMP. Hampir seluruhnya nampak antusias menyambut prosesi ini. Prosesi yang akan mengubah status mereka dari sinden yang belum diakui, menjadi seorang sinden sejati. Menjelang prosesi, sinden-sinden yang berdandan cantik ini berbaris menjadi dua saf. Mereka berjalan beriringan menuju ke areal sendang. Sendang Made sendiri sebenarnya terdiri dari tiga sendang. Salah satunya adalah sendang Derajat. Di sendang berukuran 6x5 meter inilah, para sinden diwisuda. Di sebuah pohon besar tepat di atas sendang Derajat, terdapat papan tulisan. Sendang Made, dibangun oleh RM Tjokro Dipoetro, tahun 1924, asisten wedono Koedoe. Supono, juru pelihara sendang Made mengatakan, prosesi ''kungkum sinden'' sebenarnya sudah ada sejak lama. Sendang ini dipercaya memiliki khasiat tersendiri. Salah satunya, membuat wajah seorang seniman, khususnya sinden, menjadi lebih cantik dan bersinar. Sejak dulu, para sinden banyak yang kungkum di sendang ini. Umumnya pada tengah malam, dan pada hari tertentu saja. ''Mereka (para sinden, Red) merendam seluruh badan di Sendang Derajat," ungkap Supono. Namun untuk prosesi ''kungkum sendang'' saat ini, para calon sinden tak harus berendam seluruh badan. Mereka hanya menjalani prosesi simbolis, dengan disiram air sendang di bagian kepalanya. Prosesi ini dilakukan oleh Supono, juru pelihara sendang, dan Sukesi S.Sn M.Sn, selaku dosen tamu dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Usai disiram air sendang, mereka disematkan selendang warna hijau, sebagai tanda telah 'resmi' menjadi sinden sejati. Prosesi ini dilakukan oleh Istri Bupati Jombang, Ny Wiwik Suyanto. Pada kesempatan yang sama, warga Desa Made juga menggelar ritual bersih desa. Setiap warga yang hadir, diwajibkan membawa tumpeng. Selain tumpeng sederhana dari para warga, dihadirkan pula dua tandu raksasa berbentuk pesawat terbang dan kupu-kupu. Di dalamnya juga terdapat puluhan tumpeng. Tumpeng-tumpeng ini lalu dijejer di atas karpet plastik yang telah disediakan. Seusai prosesi kungkum sinden, seluruh warga duduk di atas karpet tersebut untuk bersama-sama menyantap tumpeng yang ada. Kasi Pariwisata Parbupora Jombang, Ali Arifin mengungkapkan, gelaran ''kungkum sinden'' ini setidaknya sudah digelar sejak enam tahun terakhir. Biasanya dalam momen yang sama, warga setempat juga menggelar bersih desa. Bersih desa atau sedekah bumi ini dimaksudkan untuk menghindarkan desa dari segala mara bahaya dan musibah. ''Termasuk untuk keselamatan seluruh warga desa,"
0 komentar:
Posting Komentar